Film produksi MBS Pictures ini rilis tahun 2006. Ketika sinema indonesia mulai gencar menelurkan film-film meski nggak sebanyak dan senyampah sekarang. Tapi tanda-tanda ancurnya sudah bisa dilihat dari film yang nggak bisa disebut film ini. Lebih tepat dibilang salah satu keping cerita dari acara musyrik “Ooo Seram” yang pernah ditayangin ANTV ditahun 2009 tapi dalam versi parodi. Yes, bukan maksud gue KM 14 memparodikan sekumpulan cerita horor abal-abal yang sempet hapenning di tivi itu. Tapi film ini bisa dibilang lebih parah dari acara yang barusan gue sebutin, meski KM 14 sendiri lebih membawa filmnya kearah drama suspense super nanggung.
Bercerita tentang tujuh sahabat yang menamai diri mereka dengan “Bomb Fire” (sumpah nama geng yang alay jaya. gue yakin penulis ceritanya sangat norak untuk ukuran manusia yang pernah hidup ditahun 2006). Tepat dihari ulang tahun Anna (Jian Batari) terjadi sebuah ledakan yang menewaskan salah satu teman mereka.
Beberapa hari kemudian pasca insiden tersebut, kedua orang tua Anna meninggal. Yang membuat Anna mengiyakan ajakan pamannya, Rusdi (Thomas Joseft) untuk menenangkan diri di villa mereka. Nggak lama setelah itu, Tasya (Ardina Rasti) mendapat telepon dari Anna yang tengah ketakutan dan meminta pertolongan. Spontan, Tasya membawa teman-teman yang lain untuk menyusul dan menolong Anna ke villa. Dimana letak villa itu berada setelah kilometer 14.
Sinopsis diatas murni bikinan gue karena sinopsis resminya sungguh keterlaluan goblok. Timelinenya sangat jauh dengan logika. Ya, harusnya gue maklum karena dari awal film ini sudah mendepak logika dalam bercerita yang baik dan benar. So, harap maklum kalo gue juga rada bingung membuat seperti apa bentuk sinopsis yang runut.
Penulis skenario film ini, Chadijah Mastura, kayaknya cuma lulusan TK karena ngasal banget kalo bikin cerita. Ditambah dengan dialog yang super chessy makin membuat gue bingung antara ingin tertawa atau menangis. Sebenanya nggak ada yang salah kalo mau bikin film bertema suspense yang sangat jarang tersentuh sineas lokal. Tapi pelis dong, kalo nulis pake otak. Dan gini deh jadinya kalo nulis sambil boker. Bahkan hanya dengan durasi 10 menitpun Ben Hernandez selaku sutradara bisa menyelesaikan film ini.
Nggak cuma itu, KM 14 semakin menjijikan dari soal akting, sinematografi, scoring serta pengeditan alur flashback yang kayak editan film adik gue yang masih balita. Sangat jauh jika harus diberi label film bioskop. Dan baru di film inilah ada dua produser yang ikutan narsis. Sayangnya akting mereka nggak jauh beda sama artis yang di cast. Please welcome, Radja Simatumpang dan Thomas Joseft. Eh ralat, please welcome and there goes..
rating 1/10
makin porno aja muka para produser perpileman kita...
BalasHapusmalu ane...
ummm ... Chadijah Mastura bukan lulusan TK ya. Gue iseng browsing tulisan2nya di internet. Catet. http://www.thejakartapost.com/news/1999/10/03/if-you-can039t-act-smartly-can039t-you-least-speak-smartly.html http://chadijahmastura.multiply.com/
BalasHapus@anonim yes, i know, itu cuma sindiran doang kok
BalasHapus