Awalnya hidup Cecille amatlah sempurna. Dia mempunyai pacar yang ganteng dan sukses bernama Marco (Marcel Chandrawinata), sahabat-sahabat terbaik seperti Justin (Amink) dan Tasha (Laudya Cynthia Bella) serta bisnis bakery “Cecille’s Bittersweet Chocolate” yang lumayan sukses. Tapi semua berubah sejak Marco berselingkuh hingga kata putus pun terucap. Untuk mengobati sakit hatinya, Cecille dibantu kedua temannya, berusaha membuat hidup Marco kacau.
Namun rupanya hal itu tak berarti begitu banyak. Puas memang melihat Marco berhasil dikerjai. Tapi setelahnya tetap ada sesuatu yang kosong dalam hati Cecille. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Dino (Nino Fernandez), pelanggan di toko bakery nya. Berangkat dari masa lalu dan usaha move on yang sama karena patah hati, dua orang ini akhirnya dekat. Namun Tasha merasa ada yang aneh dengan kedekatan antara Cecille dan Dino. Hingga dia berusaha melakukan apapun untuk memisahkan mereka. Termasuk mempertaruhkan persahabatannya.
Menonton film yang sempat ditunda jadwal rilis selama hampir tiga tahun ini ibaratnya seperti makan di restoran bernuansa cozy yang membuat seger mata. Suasananya yang nyaman dan enak dilihat membuat siapapun pengunjung bakal betah meski sebenarnya masakan yang disajikan biasa saja. Bahkan, sampe ada yang nggak enak. Seperti itulah kira-kira gambaran nyata dari film yang disutradarai oleh Winaldha E Melalatoa. Dimana dia melakukan debut penyutradaraan pada tahun 2004 lewat film Petualangan 100 Jam.
Film dengan judul murahan ini awalnya bertitel Selingkuh. Namun entah mengapa tiba-tiba diubah menjadi Cowok Bikin Pusing, meski kedua judul itu sebenarnya sama sekali tak mencerminkan inti film. Entahlah, apa alasan MVP Pictures yang tak memikirkan judul lain sewajar mungkin. Dan semenarik mungkin.
Naskah yang ditulis oleh Sekar Ayu Asmara memang tak sekompleks karya dia sebelumnya. Sebut saja Belahan Jiwa dan Pesan dari Surga. Meski tetap berciri seorang Sekar dibeberapa bagian, tapi hasilnya sangatlah ringan dan menghibur. Sayangnya begitu diekskusi dalam bentuk visual, entah kenapa cerita sederhana yang ditawarkan menjadi tidak enak dinikmati. Dan itulah maksud pengandaian gue tadi.
Suasana cozy restoran adalah gambaran dari sinematografi yang sempurna dari Rizal Mantovani dalam memotret sudut-sudut Bali dengan begitu Indah serta ensemble cast yang benar-benar vitamin mata bagi masing-masing jenis kelamin. Siapa yang nggak bakalan terpesona dengan wajah-wajah seperti Julie, Nino, Bella dan Marcel? (lupakan Amink)
Sedang soal masakan yang biasa-biasa saja bahkan tidak enak adalah gambaran dari parahnya eksekusi serta pemotongan scene di film ini. Banyak bagian dari film yang sepertinya loncat begitu saja. Perhatiin adegan awal ketika tiba-tiba Marco putus dengan Cecille. Atau adegan ketika tiba-tiba Justin bangun dari tidur dan mendapati dirinya tengah tidur bersama seorang pria. Cukup mengganggu sekali dan lumayan membuat malas untuk menikmati alur kisah selanjutnya. Sayangnya, seperti kata gue diatas, pemandangan di film ini membuat betah. Dan gue pun terpaksa menonton film ini sampai selesai dan merutuki setiap bagian yang konyol, garing atau chessy banget.
Sangat disayangkan, padahal jajaran cast sudah begitu mumpuni dan memiliki daya jual. Tapi eksekusi yang ditawarkan kelewat biasa saja hingga tidak mempunyai daya tarik. Beruntunglah MVP Pictures memiliki pikiran menunda perilisan film ini beberapa tahun. Karena memang sangat tepat dihadirkan sekarang ketika bioskop digempur horor sampah yang makin lama makin meresahkan. Meski hasilnya jauh dari sempurna.
Rating 4/10
Tidak ada komentar :
Posting Komentar