24 September 2011

2 Masih Bukan Cinta Biasa [2011]


“Voni Vino, nggak mau susah banget sih mamamu kasih nama?!” – Tommy

Kisah berlangsung satu tahun pasca kejadian dalam predesornya. Kini Tommy (Ferdy Taher) berubah menjadi rocker insyaf. Dia bukan lagi vokalis The Boxis karena Lintang (Wulan Guritno), sang istri, melarang Tommy nge-band lagi. Alhasil, kerjaan Tommy tiap hari hanya menjadi penjaga rumah selagi istri dan anak gadisnya yang bernama Niki (Olivia Jensen) sibuk dengan urusan masing-masing di kantor dan sekolah.

Pada suatu hari ketenangan dalam rumah tangga Tommy berubah 180 derajat ketika datang sosok pemuda dengan style berandal bernama Vino (Axel Andaviar) yang mengaku sebagai anak dari Tommy. Benarkah dia anak Tommy? Kalau memang benar, apa yang akan terjadi selanjutnya? Sanggupkah Lintang dan Niki menerima Vino jika memang dia anak kandung dari sosok rocker tobat tersebut?

Masih Bukan Cinta Biasa memang masih menawarkan hal yang tak jauh beda dari prekuelnya. Masih memiliki kisah yang serupa. Serta masih dibintangi oleh pemain yang sama pula. Bahkan, sampai ke jajaran bintang tamunya! Lalu, jika memang seperti ini, apa yang sebenarnya ingin ditawarkan dari film yang naskahnya ditulis dan disutradarai oleh sineas bernama Benni Setiawan ini? Lupakan premis yang sebelas-dua belas dengan Bukan Cinta Biasa. Toh, film produksi ketiga Wanna B Pictures ini tetap layak menjadi hiburan.

Meski 60% durasi diisi dengan adegan serupa tapi tak sama, Masih Bukan Cinta Biasa tetap memiliki beberapa poin yang seru untuk dilihat. Pertama poin drama yang lumayan menyentuh. Iya, mata gue berkaca-kaca melihat suasana sentimentil yang berhasil diciptakan oleh Benni Setiawan dengan baik. Apalagi tone film yang dibuat sedemikian soft. Kedua, poin komedinya yang lumayan bikin tertawa meski nggak sampe ngakak kayang ke Afrika.

Malangnya, meski sudah agak gue puji-puji, film ini masih juga memiliki cacat yang lumayan ganggu bagi gue. Pertama soal perkembangan antar karakter yang stuck di jalan. Bahkan demi ambisi membuat kisah semakin menarik dan beda, Benni menenggelamkan karakter sentral Niki yang jadi penguasa pada film pertama. Diganti dengan sosok annoying dari Vino dengan progres karakter flat yang terkadang nggak menarik untuk diikuti. Kedua soal baju seragam Niki. Hell, terserah kalian mau bilang gue kurang kerjaan atau apa. Tapi hal ini sedikit banyak mengganggu mata gue. Bukankah pada Bukan Cinta Biasa seragam sekolahnya berwarna merah marun? Lalu kenapa sekarang jadi putih abu-abu? Pindah sekolah? Kenapa nggak pake kostum lama aja sih demi menyempurnakan kontinuitas? Dan kenapa nggak dijelaskan kalo memang pindah? Ketiga, unsur tearjerker yang ditawarkan terbilang over the top. Nggak perlu kaleee dilama-lamain. yang ada jadi aneh juga bawaannya! Keempat, posternya yang SHIIIT, itu siapa yang bikin? Ngeditnya ngasal banget. Gue yakin banget itu bukan kesengajaan! Coba perhatikan lengan Ferdy Taher yang terjepit sosok Olivia dan Axel. Dan silahkan benturkan kepala anda ke tembok!

Anyway, dibalik kekurangan tersebut, gue masih menikmati film ini kok ketimbang predesornya. Gue enjoy lihatnya, duduk santai dikursi sambil beberapa kali mengernyitkan dahi sedikit dan sesekali menahan tangis. Lebih untung lagi gue nggak mengeluarkan handphone dari tas untuk live tweet di twitter seperti biasa. Bukan, bukan karena gue begitu terbius akan kisahnya. Tapi sinyal SOS di dalam studio 4 membuat hidup kedua gue itu nggak berguna sesaat -___-

Rating 5.9/10

2 komentar :

  1. Ngakak baca kalimat terakhir. hahhaaa

    BalasHapus
  2. wah, tertawa di atas penderitaan orang nih -___- #keplak

    BalasHapus