1 November 2011

13 Penonton Film Indonesia Merosot. Menurut L?


Seperti yang kita tahu, kasus sengketa pajak telah usai. Film impor pun kembali tayang. Semua masyarakat yang jadikan menonton film sebagai sebuah gaya hidup senang melihat hal itu. Tercatat sejak tanggal 29 Juli 2011, mereka mendapatkan kembali sesuatu yang hilang; menonton film berkualitas di bioskop. Di mulai dari tayangnya Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2 dengan jumlah copy gila-gilaan. Lalu disusul summer movies lain seperti Fast Five, Pirates of The Carribean: On Stranger Tides, Kung Fu Panda 2 hingga In Time yang dibintangi oleh Justin Timberlake dan Amanda Seyfried yang akan segera hadir dalam waktu dekat.

Sepertinya tampak baik-baik saja. Sepertinya tampak menyenangkan. Tapi tidak bagi sineas kita. Sedikit banyak hak-hak mereka telah dikebiri!

Dulu, sewaktu kasus sengketa pajak belum menemukan titik terang, kehadiran film impor merosot drastis. Kalopun ada yang rilis, itu hanyalah film-film yang sebelumnya tersimpan rapi di gudang. Dan film Indonesiapun mendominasi. Tapi mendominasi dengan merilis tontonan tidak bermutu. Dan terus-terusan tidak bermutu yang mirisnya, biar banyak dicela, tetap mendapat banyak penonton yang entah datang darimana. Hingga pandangan skeptis masyarakat yang mencoba mencintai film bangsanya perlahan kembali memudar.

Memang, ditengah dominasi horor-komedi tidak bermutu yang menjadikan pocong dan kuntilanak sebagai pionir jualan, muncul film-film yang dibuat dengan hati. Sayangnya sajian bermutu tersebut sepi dari penonton. Entah karena terlanjur mendapat label buruk atau memang selera penonton kekinian menyukai hiburan yang seharusnya nggak layak konsumsi tersebut.

Setelah film impor kembali hadir, film Indonesia makin kehilangan penonton. Memang masih sih ada yang menonton. Tapi tidak sebanyak yang diperkirakan. Bahkan, film spesial lebaran yang menjadi ajang summer movies-nya Indonesia pun mengalami kemerosotan jumlah penonton hampir 50% dibanding tahun lalu. Padahal tahun ini film yang hadir lumayan berkualitas seperti Tendangan Dari langit, Lima Elang dan Di Bawah Lindungan Ka’bah meski masih memiliki kekurangan.

Kini, memasuki bulan ketiga pasca sengketa pajak, kemerosotan penonton kian biadab. Sepanjang 3 bulan ini, tidak ada satupun film Indonesia yang mencapai target penonton 400 ribu. Ini bukan lagi soal sinisme sebagian penonton. Tapi dominasi film asing yang terlalu repetitif membuat film Indonesia kesulitan bergerak. Merasa dianak tirikan bangsanya sendiri. Tak mendapatkan tempat. Tak dilirik.


Perhatikan saja, pihak 21 dengan brutalnya merilis film-film (yang kebetulan memang layak ditonton) dalam jarak terlalu dekat. Minimal dua film asing rilis tiap minggu pada hari rabu dan jumat. Sedang film Indonesia rilis pada hari kamis. Sebagai contoh nih, belum kelar hype Super 8 dan The Three Musketeers, hari rabu kemaren rilis Johnny English Reborn. Trus hari kamis rilis dua film Indonesia baru berjudul Kehormatan Di Balik Kerudung dan The Perfect House yang kayanya sepi-sepi aja. Dan pada hari jumat rilis lagi fil baru bertitel Real Steel. Nah loh, gimana penonton mau melirik film indonesia kalau kayak gini caranya?

Pada titik ini terlalu riskan kalau menyudutkan pihak-pihak seperti 21 yang agak berlebihan atau pemerintah yang terlihat niat nggak niat membangkitkan industri perfilman kearah yang lebih baik. Tapi kalau tetap kayak gini, sineas akan kehilangan semangat membuat film bermutu. Seperti status twitter Hanung Bramantyo yang nampak kehilangan percaya diri kalau film terbarunya bertajuk Pengejar Angin akan mendapat tempat di hati penonton. Sekarang tinggal kitanya aja: apa mau kayak gini terus? Atau nunggu dihadapkan pada pilihan yang nanti pasti akan terjadi: hilangnya film indonesia?

Please guys, ini film kita lho.. Dukung kek, apa kek. Abaikan film gak bermutu yang tujuannya beredar emang cari untung. Jangan cuma bacot jelek lah, apalah... Semua itu nggak akan membantu kalo lo tetep diam ditempat dan malah nggak nonton film yang dibuat dengan hati. Setidaknya dimulai dari diri sendiri deh. Budayakan menonton film Indonesia berkualitas. Jauhi film nggak bermutu!

At least, tetap cintai film Indonesia ya. Karena kalau bukan kita sebagai penerus, siapa lagi?

13 komentar :

  1. gmn gk bacot jelek,lah orang pelemnya juga jelek...mw d apain coba??

    orang thai aja bisa bikin cerita bgus walopun gk pake efect...
    masa kita gk bisa..

    semangat perfilman indo

    BalasHapus
  2. Sekarang merasa memang film Hollywood gencar banget kehadirannya, dan kehadiran film Indonesia yang bermutu juga sangat sedikit tiap bulannya.

    Saya masih sempatin nonton film Indonesia kalau ulasannya memang bagus dan dibuat oleh orang (sutradara) yang sudah pasti reputasinya bagus.

    Hanung Bramantyo mau ngeluarin film lagi?!? (ini apa nggak kecepatan ya, api ya kita tunggu saja ulasannya)

    BalasHapus
  3. Dan parahnya lagi kayaknya film lokal bermutu (baca: agak berat) sering penontonnya kalah sama yg ecek".

    Hanung film ketiga dalam setahun? 2 film sebelumnya sih bagus, kalo yg ketiga juga bagus berarti emang mantap die

    BalasHapus
  4. @anonim: iya gue tau. tapi maksud gue, yaudalah kalo emang jelek. toh, masih ada yg bagus kan? intinya sih jauhin film yg emang niatnya nyampah. IMO, beda lho yah, film jelek dan film nyampah. film jelek tuh film yg niat awal bagus tapi kurang tertata rapi. nyampah tuh film yang emang dibuat demi mengeruk keuntungan berlebih.

    @isa + @rasyid: bukan film si hanung kok. hanung cuma berperan sebagai supervisi. ini film hestu saputra, anak didiknya di dapur film. cuma pake nama hanung biar dapet market :)

    BalasHapus
  5. huuuuuffhh...film indonesia yaa...kalaupun dibahas bagus pa ngga nya pling kalau d persentase kan cm 20 - 30% yg bnr2 menarik untuk ditonton...terakhir film indonesia yg mnurut gw keren itu "dibawah lindungan ka'bah" yg diangkat dari novel nya buya hamka setelah "merantau dan merah putih" selebih nya yg berbau hantu dan horror kata nya atw apalah cm nyampah aja....yg suter begini lah pocong begitu lah...yg bkin geli tu masa' ada pocong kesurupan...yg bnr aj tu mnusia mmbuat judul film...masih mending yg berbau komedi tanpa ada "penampakan busana minim" nya....

    lain dg film luar yg jelas2 ide2 dalam pembuatan film bisa dibilang gila2an gan....yaa effect nya...yaa cerita nya...dr awal smpai akhir emg bikin penasaran dan g ngebosenin.... ^_^

    BalasHapus
  6. why people don't watch Indonesian movies ? simple bro, IT'S LAME !!!

    manakan film indonesia bermutu yg bukan drama religi,sport drama,dan drama2 lebay dan g jelas lain dengan memasang aktor anak2.

    kalau dibilang sineas bisa kehilangan minat memproduksi film bermutu, ya g juga. Justru itu seharusnya menjadi cambuk bagi mereka untuk lebih inovatif dalam membuat film. cuma sineas CENGENG yang karena kalah bersaing dengan film asing merengek2 ke pemerintah dengan mengatasnamakan film nasional.

    oya,ini menururt aq knp film sineas2 itu g laku, karena waktu film asing diblokir, mereka BACOT di media, menyalahkan pihak2 tertentu karena "film nasionaL" tidak berkembang, menyalahkan PENONTON, terutama yg suka nonton film asing dan "memaksa" mereka nonton film nasional. Singkat kata, yg mereka alami sekarang itu "karma" dr perbuatan mereka tsb.

    Seandainya mereka mau protes lagi sama pemerintah supaya membatasi film impor, yang akan saya tanyakan cuma 1 ke mereka, "kalo film asing dibatasi, kalian yakin kita (penonton) mau nonton film kalian ?", ada g ada film asing, sami mawon bro, kalau mereka cuma bisa mengeluh dan mengeluh tapi tidak koreksi diri sendiri.

    BalasHapus
  7. Abisnya sakit hati tiap nonton film Indonesia.
    Ga ada yang membekas begitu filmnya kelar. Malah kadang ngerasa rugi banget kalo nonton film kita.

    Film2 yang bagus malah kalah pamor sama film2 "hantu ga jelas" yg cuma ngumbar sahwat doank.

    Harusnya para sutradara yg bikin film2 jelek dan nyampah itu sadar donk, jangan cuma ngambil keuntungan semata.
    Gimana ga makin bobrok perilaku orang2 di negeri ini dicekoki film2 ga mutu gitu.

    BalasHapus
  8. bro, coba deh sebutin salah satu film indonesia yang bermutu dengan kriteria:
    1. jalan cerita logis dan masuk akal
    2. plot film gak lebay+menjemukan+membodohi
    3. pemainnya bisa memaikan peran dengan bagus

    gw pikir secara tema, film2 kayak selepas magrib, dibawah lindungan kakbah, dll bagus. cuma ketika melihat jalan film dan bla-bla lainnya, gw sih mending balik badan ngeliat film thailand ato korea (walau tidak semua film produksi kedua negara itu bagus).

    tapi ada satu film yang gw tunggu dan menurut gw akan patut ditonton: serbuan maut-the raid.

    selain dari itu, sokk..coba minggir, hush2...

    BalasHapus
  9. @neno: oh ada donk.. coba tengok di feature 20 film indonesia pilihan versi IMBLOG 2000-2009

    selepas itu ada:

    minggu pagi di victoria park
    heart-break.com
    madame x
    aku atau dia

    dan masih banyak lagi...
    coba deh, nggak semua film kok buruk :)

    BalasHapus
  10. Nunggu Arisan2 rilis... Semoga filmnya bagus dan bisa narik orang Indonesia nonton film karya anak bangsa

    BalasHapus
  11. pelm indo bgus klo d pegang bule,macem gareth evan,,,sineas skrng mah nyari untung doank,,mentang2 punya nama besar,,gk jaminan skrng...kaya om fio,nayo apalah,,,nama'a besar krna pelem gajebo'a...wkwk

    BalasHapus
  12. Aku nonton di Bioskop loh 'The Perfect House'.. Walau yang aku liat cuma ada 5 orang didalam Theater itu.. Hahahaha.. But, masih merasa puas dengan Film ber-Genre seperti itu, apalagi bersangkutan dengan Film Festival.. Asal Film-nya gak Pepocongan Bugil ajah.. Hahahaha..

    BalasHapus
  13. The Perfect House salah satu film yang harus ditonton bagi gue. Filmnya mantap walaupun teka-teki nya udah ketahuan banget. tapi The Perfect House salah satu film lokal yang berkualitas. Jadi, ga semua film indonesia buruk/jelek :)

    BalasHapus