6 Juni 2011

1 Queen Bee [2009]


Bercerita tentang Queenita (Tika Putri) cewek SMU berusia 17 tahun yang tak begitu menikmati keberhasilan ayahnya, Rahmat Siregar (Mathias Muchus) saat dinobatkan menjadi salah satu kandidat calon pemimpin Negara. Karena hal itu membuat dia semakin jarang diperhatikan. Kebetean pun bertambah parah ketika muncul kawanan tim pengawal calon presiden yang makin mengekang kebebasan Queen. Terutama dari sikap over protektif salah satu pengawalnya (Oka Antara). Beruntungnya Queen masih memiliki sahabat yang enak diajak have fun serta cowok bernama Braga (Reza Rahadian) yang membuat hari-harinya tetap terasa normal.

Semakin dekat dengan masa pemilihan presiden, bertubi-tubi masalah menyerang Queen. Dari dia yang dituduh koruptor cilik karena menggelapkan uang sampe krisis kepercayaan dari sang ayah. Lalu, sanggupkah Queen melewati semua. Melewati hal-hal aneh yang nggak mungkin dialami remaja cewek kebanyakan?

To be honest, gue udah antipati duluan sama film panjang perdana anak didik Hanung Bramantyo bernama Fajar Nugros ini. Hell, kemasan film built in advertisment yang dilakukan Queen Bee terasa sangat menganggu sejak awal produksi. Dimana salah satu brand shampo ternama turut ambil bagian. Tapi nyatanya gue menyesali diri karena melewatkan film ‘penting’ ini begitu saja. Hingga baru menontonnya dipertengahan tahun 2011 lewat DVD.

Sebagai sebuah debut layar lebar, bisa dimaklumi kalau Queen Bee olahan Fajar sangat jauh dari sempurna. Bloopers, plot hole, cerita berlebihan, iklan, pemotongan adegan serta editan yang berantakan cukup membuat kening berkernyit. Tapi semua tertutupi dengan akting, pengambilan shot yang menarik, wardrobe yang keren untuk ukuran cewek gaul serta tema yang unik meski sepintas lalu mirip dengan film Hollywood yang dibintangi Mandy Moore berjudul Chasing Liberty.

Nggak cuma itu, yang membuat Queen Bee begitu penting adalah nilai-nilai demokarsi yang disampaikan dengan semangat anak muda jaman sekarang. Bahkan sangat pas jika saja diedarkan saat ini. Ketika indonesia tengah dilanda banyak masalah dari berbagai segi. Nggak jauh-jauh deh. Sebut aja krisis film. Sindiran yang dilakukan terbilang frontal dan mengena meski kadang terlalu halus hingga pesan yang ingin disampein menguap gitu aja. Coba cek orasi yang dilakukan Queenita, yang sengaja gue catet biar lo rada paham sama apa yang gue maksud serta mengambil sedikit pesan yang ingin disampein Ginatri S. Noer selaku penulis skenario:

Banyak orang bilang kalau kita anak muda dari generasi yang apatis
Mereka salah, kita dari generasi yang apatis dan manja
Kita cuma bisa ngeluh, diem dan berharap akan datangnya orang untuk ngebantu kita
Tapi pada akhirnya semua anak manja harus menjadi mandiri untuk kepentingan hidupnya
Dan kepentingan pribadi anak manja ini pasti akan berhubungan dengan kepentingan orang banyak
Contoh gampangnya deh, bagi kita penting banget kan untuk gak bau badan?
Dan percuma kalo kita doang yang wangi tapi orang lain nggak
Mending wangi semua kan?
Dan gue yakin masalah kita bukan masalah wangi ato nggak

Jadi mau berapa lama lagi kita kayak gini?
Mau berapa lama lagi kita cuma bisa ngomel di blog karena guru gak becus ngajar?
Mau berapa lama lagi kita cuma bisa marah-marah distatus facebook karena indonesia payah?
Atau maki-maki mau pindah jadi warga negara lain karena indonesia nggak sesuai sama negara idaman lo?

Coba kita bayangin kita hidup ditahun 1945, apa kalian yakin indonesia bisa merdeka
Padahal waktu itu fasilitas mereka sangat minim kalo kita bandingin sama indonesia sekarang
Tapi mereka bisa terhubung jadi satu
Karena kepentingan merdeka tiap-tiap orang menjadi kepentingan bersama
Energi yang sama bisa kita genggam kalo kita peduli dengan kepentingan yang lebih besar
Karena kita sekarang mempunyai fasilitas yang jauh lebih maju
Jadi bagi saya ini saatnya indonesia didukung oleh anak muda terbaik yang mau mementingkan bangsanya!

See, Queen Bee adalah hiburan yang menyegarkan dan benar-benar bisa dinikmati oleh remaja sekaligus orang tua. Lupakan soal kekurangan yang menggerogoti. Karena film masih bisa dan layak untuk diapresiasi. Well, sekali-kali indonesia perlu dihadiahi tontonan bermutu seperti ini. Kita tunggu saja film sejenis yang diharapkan lebih cerdas!

rating 6/10

1 komentar :