Menurut penelitian gue selama dua hari empat malam, produk terbaru MD Pictures ini adalah proyek cari untung semata dari Punjabi Bersaudara. Iya, setelah mengalami stres dini tingkat Afganistan akibat mega proyek mereka bertajuk Di Bawah Lindungan Ka’bah gagal total di pasaran, maka dibuatlah film dengan budget pas-pasan yang kemungkinan bisa mendatangkan banyak penonton. Maka dipilihlah sutradara paling produktif se-Indonesia (MURI mana MURI?!?) untuk mempermudah proses agar rumah produksi tersebut tidak perlu gulung tikar.
Nggak susah memang untuk berspekulasi seperti ini. Karena gue yakin banget Punjabi Bersaudara tau bagaimana reputasi Om Naya selama ini. Bagaimana sepak terjang sutradara yang sering diperbincangkan (keburukannya) oleh banyak orang tersebut. So nggak usah heran jika hasil akhir film inipun layak sekali masuk tong sampah seperti biasa. Yang perlu diherankan adalah: kenapa Punjabi Bersaudara nekat memilih Nayato? Oke, gue ulang lagi biar kesan dramatisnya lebih terasa: KENAPA PUNJABI BERSAUDARA NEKAT MEMILIH NAYATO? Apa karena saking hopeless nya? Oh, co cuit #abaikan
My Last Love diadaptasi dari novel (yang kata posternya) best seller buah karya Agnes Davonar. Tapi menurut gue nggak perlu juga memberi embel-embel adaptasi kalo hasil akhirnya malah lebih mirip film non adaptasi hasil mix and match dedramaan galau macam Pupus, Kangen, Cinta Pertama dan 18+. Gimana nggak aneh kalau selain nama karakter dan benang merah yang bias, My Last Love sukses dirombak sana-sini dengan seenaknya. Ckck..
Seperti kebiasaan Nayato yang nggak perlu memakai naskah, My Last Love juga bernasib serupa. Nggak aneh kalo dialognya sangat annoying biadab. Kayak gini contoh yang gue visualisasiin pake gaya skrip film:
INT. LORONG RUMAH SAKIT – MALAM
IBU ANGEL
Bagaimana keadaan Angel?
NADYA
Angel kecelakaan Bu...
Nah, lho. Si Ibu nanya apa, jawabnya apa?
Yang jadi pertanyaan gue: Ery Sofid yang sering banget jadi penulis naskah di film Nayato beneran kerja atau cuma dicomot nama doang sih kayak kasus Chiska Doppert di film Missing? Feeling gue, kalopun ada gosip naskah ditulis on the spot, masa iya sebegini dangkal dan tidak bermutunya dialog yang ada. Atau jangan-jangan, Nayato sebenarnya udah menggunakan sistim yang dipopulerkan oleh Damien Dematra dengan memegang berbagai posisi di film mereka? Iya, jadi sebenernya Nayato jugalah yang menulis naskah di setiap filmnya. Tapi karena nggak bakat dan hasilnya jelek, maka dipakai nama orang lain agar pencitraan dirinya tak semakin buruk.
Eh, ini kok gue jadi gosipin orang sih? Huehuehue.... habis filmnya nggak bermutu sih. Jadi bingung mau komen apaan. Mau komen wajah Donita yang cantik gue udah males. Setelah putus dengan Donita dan sadar bahwa aktingnya jelek di film Kehormatan Di Balik Kerudung, gue udah nggak mau bahas Donita lagi. Meski sebenarnya kecantikan Donita terpancar banget di film ini berkat cara-cara ajaib Nayato meng-capture muka eksotis dara pemilik nama asli Noni Anisah tersebut.
Selain Donita, ensemble cast lain juga nggak ada beda. Mereka semua pada berlomba menampilkan akting terburuk. Dari Evan Sanders yang sibuk ajeb-ajeb sampe Jordi Onsu yang gagal menjadi highlite komedi sebagai hiburan. And then, nggak ada cerita film ini bikin gue nangis darah. Yang ada malah bikin gue sibuk ketawa sendiri dari awal film di mulai hingga kredit film muncul saking gak tahan melihat ulah busuk Nayato yang sudah terbaca.
Adegan paling lucu terjadi di ending film. Gimana bisa gitu Angel yang tau Martin, orang yang dia cintai di meninggal pangkuannya, malah sibuk baca puisi? Bukan inalilahi atau sekalian nyanyi "apalah artinya kata cinta? yang kau ucap semua hanya mimpi. apalah artinya cincin ini? yang kau bilang pengikat janji suciku...."*
Please kalo kayak gini prosesnya jangan cegah gue untuk gantung diri. Faham ya? (smile)
* lirik lagu "Apalah Artinya" oleh Donita
ckckck.. luar biasa perfilmnan Indonesia sekarang ini..
BalasHapusKak buatin novel cinta pertama trus d shar ke fb q iia neah email.a ryansyah335@yahoo.com trimakasih hehehe
BalasHapusowkowkow gw klo mo liat pelem indonesia nunggu kesurupan dulu bee hahah piss
BalasHapuscoba kita lihat bertahan berapa lama di bioskop. kalo sampe seminggu ajah, berarti penonton kita memang rendah seleranya.
BalasHapusselalu begitu.. ngliat gaya pemeran2nya aja udah mual...
BalasHapusmending liat bokep...
ngebaca blog ini jadi teringat masa-masa kejayaan situs sinema-indonesia dulu :D
BalasHapuswah, disamain (lagi). tapi gue nggak ada sangkut-pautnya sama SI lho. faham ya? (smile)
Hapushehe... tapi review lo (relatif) lebih sopan kok :D
HapusSI lebih brutal reviewnya, sampe menemukan sistem rating kancut bernanah untuk film-film yang di luar batas nalar manusia normal (smile)
kak... kok ga ada review ttg pelem surat kecil untuk tuhan kak ?
BalasHapusada kok cek aja di list
HapusKemaren nonton ini di tipi... baru nonton semenit gue udah enggak tahan dan langsung pindah cenel... salut sama Bee yang bisa bertahan nonton film ini sampe habis.
BalasHapusBtw, ada yang tau gak sih situs Sinema-Indonesia kemana... kangen gw sama review mereka yang brutal itu
merda no mes
BalasHapusmerda no mes
BalasHapusKalo Lu Bs bikin film bikin donk, jangan sekedar mengkritisi. mulut besar lu itu yg jadi tong sampah. jelas memang Ferfilman di Indonesia tdk bs disejajarkan dgn Film Hollywood Dll. namun bila semua orang indonesia satu pemikiran dengan Lu maka gak ada FILM yang bs ditonton oleh seorang mulut besar yg hanya bs mengkritisi tanpa bs BERBUAT . Review Lu NOTHING.
BalasHapusBLOG TAIK, HAMPAS, GAK BERMUTU. BLOG GAK MANFAAT.
BalasHapusKayaknya yang komen barusan tuh si Nayato ya...
BalasHapus