22 Desember 2010

8 Darah Garuda [2010]


rating 8/10

surprise banget gue ngelihat film ini. ya, gue kira bakalan sama kayak sekuel pertama yang ngebetein banget dari berbagai segi. di seri kedua ini, sang sutradara, yadi sugandhi dan connor allyn, berhasil menambah intensitas ketegangan demi ketegangan yang membuat gue betah dan malas untuk berajak. pertanyaannya, kenapa nggak dari seri pertama sih? hahaha.. apa perlu gitu setahap demi setahap. maksud gue, bisa aja kan di seri pertama tuh masih slow down, di seri kedua mulai merangkak naik dan di seri pamungkas trilogi, bakalan dibikin heboh? wah, nggak adil dong jadinya.

cerita film ini sendiri berjarak beberapa hari setelah film pertama di tutup dengan nggak banget. dengan tambahan dua karakter yang makin memperkuat cerita seperti karakter gadis penghibur yang diperankan dengan standar oleh Atiqoh Hasiholan dan debut gemilang ABG bernama aldy zulfikar yang berperan sebagai budi, anggota paling muda yang ikut bergabung dalam misi pemberontakan tentara gerilya bangsa Indonesia pada tahun 1947.

dari segi cerita, di sekuel kedua ini lebih komplit konfliknya, dialognya lebih bermutu dan nggak buang-buang waktu, aksi ledak-ledakannya juga semakin dahsyat * meski kadang yang diledakin tuh nggak penting hahaha...* sayang aja adegan tembak-tembakannya kurang apik dan rapi. kalo boleh milih sih, lebih oke yang pertama. disini tuh kayak nggak logis aja gitu. nggak lebay kayak yang pertama sih, tapi aneh. kek scene ketika amir cs. akan berangkat menuju tempat persembunyian dan ditengah jalan tiba-tiba bertemu pasukan belanda yang nggak tau gimana tiba-tiba ada disitu dengan senjata yang kayaknya udah disiapin tempat-tempatnya. udah gitu, belum apa-apa banyak tentara desa yang terbunuh padahal belum bergerak sama sekali. belum lagi, acara tembak-tembakannya nggak kena-kena... kalo emang buat set cerita supaya tokoh dayan akhirnya tertembak dan bisa disiksa untuk diminta keterangan sih, dibikin cerita gimana gitu biar nggak terkesan maksa. hahaha....

yang bikin gue hepi *meski masih kurang tough* adalah karakter senja yang nggak cuman tempelan seperti pada seri pertama. lewat darah garuda dia mulai menunjukkan siapa jati dirinya. meski aneh aja gitu, darimana dia bisa lincah menembak ya? apalagi cewek gitu kan? bukan maksud gimana-gimana, pikir deh, wajar nggak, cewek yang nggak pernah megang senapan yang berat gitu tiba-tiba dalam beberapa hari bisa menguasai cara menembak?

yang bikin ngeganggu cuman satu, entah perasaan gue aja atau emang kekurangan pemain demi menghemat bujet produksi yang udah heboh, pasukan belanda anak buah rudy wowor tuh kok eksis terus ya? kek contoh nih, ketika tomas dan budi memasuki kamp belanda di tengah kota tampak si gundul ada disitu, dan sepertinya mati kena ledakan di dalam gedung tua. tapi ketika setting cerita berubah ke lapangan udara, hei, kok dia nongol lagi? dan mati (lagi).

and then, lihat deh jajaran krunya. ada koordinator efek khusus, Adam Howarth (Saving Private Ryan, Blackhawk Down), ahli persenjataan, John Bowring (The Matrix, The Thin Red Line, Australia, Wolverine), nominator Piala Oscar untuk tata tias dan prostetik, Conor O’Sullivan (The Dark Knight, Saving Private Ryan, Braveheart), koordinator laga, Scott McLean (The Matrix, The Pacific-sekuel terbaru dari Steven Spielberg/Tom Hanks Band of Brothers), Asisten Sutradara, Andy Howard (From Hell, Wanted, Hellboy) dan teknisi ahli efek khusus, Graham Riddell (Robin Hood, Batman Begins, Star Wars I, Band Of Brothers, Kingdom of Heaven). tapi, kok masih berasa kurang wah ya? itupun jika memang benar orang-orang ini yang berada dibalik layar. atau, cuman omong doang?

well, nggak sabar rasanya nunggu tahun depan buat liat sekuel terakhir dari trilogi kemerdekaan ini. sayang aja, darah garuda kena diskualifikasi dari FFI 2010 lantaran sutradaranya selain yadi sugandhi, ada conor allyn, yang berkebangsaan lain. secara ya, untuk masuk FFI semua harus orang indonesia gitu. tapi gak papa deh. yang penting film ini tetep oke bagi gue.

http://www.smileycodes.info

8 komentar :

  1. Bad movie. Sorry. Untuk ukuran film epik jaman perang, masih kalah jauh sekali dengan "Doea Tanda Mata," "November 1828," atau "Tjoet Njak Dien."

    Isinya cuma dentum-dentuman doang. Tapi nggak lebih dari itu. Sorry. Nothing deeper. Gak ada sesuatu yang mendalam. Dan sangat tidak berani mengolah materinya. Bandingkan dengan sejauh apa "The Wind that Shakes the Barley" (film perang Irlandia) berani mengusung temanya.

    Cuma 6/10 dariku. Film ini cuma "HIBURAN" doang, gak lebih dari itu.

    BalasHapus
  2. Menurut ku film dengan tema seperti ini memang bagus juga diangkat sebagai variasi ditengah membanjirnya film horor dan sex. Meski seperti sekuel pertama yang memang aku liat kerasa ada yang kurang gimana gitu. kurang bikin merinding. dan nuansa tahun 1947 nya blom terasa. Tapi not bad daripada liat film yang gak jelas mau dibawa kemana critanya.

    BalasHapus
  3. Menurut gw, ni film LEBAI GILA!!! kenapa? pertama, efek nya di gembar-gemborin bagus..padahal gak ubauhnya kaya orang lagi bakar sampah dikebon. dan para pemain nya maksain buat akting perang..yang biasanya maen FTV cinta2an gakjebo, eh disuru pada berjuang. ini tontonan buat anak kecil yang awan ttg film.

    makanya yang 2 nya aja gw malay nonton.

    jacko nu kasep sexy tea!

    BalasHapus
  4. Anonim mengatakan...
    Menurut gw, ni film LEBAI GILA!!! kenapa? pertama, efek nya di gembar-gemborin bagus..padahal gak ubauhnya kaya orang lagi bakar sampah dikebon. dan para pemain nya maksain buat akting perang..yang biasanya maen FTV cinta2an gakjebo, eh disuru pada berjuang. ini tontonan buat anak kecil yang awan ttg film.

    makanya yang 2 nya aja gw malay nonton.

    jacko nu kasep sexy tea!

    BalasHapus
  5. tapi seenggaknya kita kudu hargain donk bro

    @rijon kalo mau bandingin sama film jaman dulu jelas beda jauh. film jaman dulu atmosfir perjuangan masih kental jadi orang gampang nangkep, kalo jaman sekarang boro2lah... seenggaknya film kayak gini tuh bikin remaja sekarang sadar diri akan arti perjuangan pahlawan pada jaman dulu dan lebih mencintai negaranya sendiri

    @jacko emang seh promosinya terlalu overdosis seperti yang udah gue bilang tentang jajaran orang dibelakang layarnya. tapi basicly ceritanya oke lah...

    BalasHapus
  6. @bee:
    "The Wind that Shakes the Barley" ini film tahun 2000-an lo.

    Film-film jaman dulu yang kubandingin itu film Indonesia, habisnya bingung mau bandingin dengan film-film berlatar perang era 2000-an dari Indonesia, yang mana???

    BalasHapus
  7. belum nonton, jadinya gak bisa coment =.="

    BalasHapus
  8. belum nnton juga . keliatannya sih menegangkan gitu ya ?

    BalasHapus