16 September 2011

1 Bukan Cinta Biasa [2009]


"Ini lagi om-om, udah tua, malah ngajakin yang nggak bener!" - Niki

Berseting di kota kembang Bandung, dimana kehidupan Tommy (Ferdy Taher), seorang vokalis band rock The Bokis, berbalik 180 derajat sejak kedatangan seorang gadis bernama Nikita (Olivia Jensen) yang mengaku sebagai anaknya. Awalnya memang tidak bisa dipercaya begitu saja. Bagaimana Tommy, yang menikah saja belum, sudah mempunyai anak berumur 16 tahun? Tapi semua terjawab setelah Niki mempertemukannya dengan Lintang (Wulan Guritno), ibunya, sekaligus mantan kekasih Tommy yang dulu dihamili.

Masalah merumit ketika Niki malah memilih tinggal bersama Tommy untuk melanjutkan sisa satu semester sekolahnya sebelum ikut pindah bersama Ayah baru dan Ibunya ke Amerika. Itupun melalui berbagai aturan dari Lintang guna menjamin kehidupan Niki selama jauh darinya. Dengan kata lain, merampas kebiasaan buruk Tommy seperti mabuk-mabukan bersama personil The Bokis, bercinta dengan pacar binalnya yang bernama Angel (Julia Perez) serta segudang kebiasaan buruk lainnya. Lalu, bagaimanakah kelanjutan kisah Ayah dan anak ini?

Bukan Cinta Biasa, merupakan debut dari sutradara muda berbakat, Benni Setiawan. Bercerita tentang kisah cinta yang sangat jarang sekali disentuh oleh sineas kita. Yup, kisah cinta antara ayah dan Anak. Bukan kisah cinta menye-menye dua sejoli yang konfliknya itu melulu. Well, dari segi ide bisa gue bilang film ini menawarkan sesuatu yang fresh. Pun begitu dengan pemilihan ensemble cast utama yang menggunakan wajah baru. Meski nama Ferdi Taher sendiri sudah dikenal lebih dulu sebagai vokalis Element. Nah, sekarang tinggal pertanyaan terakhir aja, apakah film ini layak tonton?

Dibilang fresh bukan berarti jauh dari keklisean identik. Nyatanya, naskah olahan Benni Setiawan tetap memamparkan jalinan kisah menye yang itu-itu saja meski tidak begitu dominan. Karena jelas film ini lebih berkonsentrasi pada kisah Tommy-Niki. Sehingga bagian lain hanya sekedar tempelan belaka. Namun masih bisa dituangkan dengan lebih wajar. Salut untuk hal itu.

Unfortunately, Bukan Cinta Biasa masih memiliki kekurangan disana sini yang lumayan mengganggu.

Pertama, soal konflik yang ternyata tidak senatural itu. Seperti apa urusan yang membuat karakter Lintang penting banget mesti ke Amerika bersama suaminya?

Kedua, soal ketidak singkronan dialog. Yang paling kentara banget adalah scene di parkiran ketika Nikita menunggui Tommy yang mabuk. Kenapa tiba-tiba bahasanya kaku dan nyastra sekaleee?

Ketiga, soal komedi yang kurang segar. Bukannya ketawa, gue malah ngernyitin jidat dan ngebatin “apaan seeeh?”

Keempat, hilangnya karater yang dimainkan Joe P-Project 30 menit menjelang film berakhir. Kemanakah dia? Apakah di culik Nayato?

Kelima, eksekusi akhir yang lumayan chessy serta terlihat menggampangkan dan tidak diceritakan kenapa-kenapanya? Seperti kenapa Lintang dan suami barunya mendadak cerai?

Terakhir gejala-gejala preachy yang makin menjadi-jadi dan lebay menjelang ending.

Intinya, Benini Setiawan terlihat agak kesusahan mengakhiri rangkaian kisah yang dia buat. Sehingga kestabilan cerita diawal mendadak rusak dan berantakan di akhir. Untungnya para pemain mampu menutupi semua dengan sangat enjoyable. Terutama akting Olivia Jensen yang waktu itu masih nobody. Sehingga Bukan Cinta Biasa terlihat tetap worth it untuk disaksikan.

Rating 5.5/10

1 komentar :

  1. Depan filmnya kayak film korea ya. Anak umur 16 tahun nyari bapaknya dan bapaknya itu ngerasa gak pernah ngehamilin ibu dari anak itu. Dan mereka tinggal bareng. Nyontek?

    Btw, review lo bagus-bagus..

    BalasHapus