“Mereka bilang aku berbeda. Aku tidak mengerti kenapa. Padahal, aku dilahirkan dengan cara yang sama...” ~ Angel
Memanfaatkan sebuah euphoria sebenarnya sah-sah saja. Itu Indonesia banget. Nggak usah heran kalo perfilman kita selalu saja latah mengeksploitasi hal itu. Dan nggak usah heran pula kalo hasilnya kebanyakan hancur total alias menyampah sembarangan!
Ayah, Mengapa Aku Berbeda? adalah sebuah trend lanjutan dari suksesnya Surat Kecil Untuk Tuhan. Dimana dengan jeli sang produser membaca market: bagaimana cara mengeruk keuntungan dari labilers se-Indonesia raya. Maka diadaptasilah sebuah novel yang diklaim sudah dibaca 2 juta readers secara online. Dan langsung memilih Dinda Hauw yang mendadak jadi ‘sesuatu’ setelah debutnya sukses menarik 748.842 penonton sebagai pemeran utama. Sampai disini nggak ada masalah memang. Tapi semua berubah tidak menyenangkan ketika menikmati jalinan visualisasi dari novel besutan Agnes dan Teddy, atau yang lebih kita kenal dengan Agnes Davonar.
Film ini sudah menjengkelkan sejak awal. Dan semakin menjadi-jadi hingga credit akhir muncul. Gimana enggak, dari awal kita sudah disodori dengan tangisan-tangisan lebay tidak pada tempatnya. Hell, bikin film tearjerker sih tearjerker aja. Tapi nggak mesti gini-gini juga kali. Masa iya tiap ngapa-ngapain keluar air mata, dikit-dikit keluar air mata. Kenapa nggak nikahin gue aja sekalian? Fuck off banget lah! Bahkan gue udah nggak peduli gimana nasib akhir Angel; cewek tersial di dunia yang diperankan dengan sangat biasa oleh Dinda Hauw. Karena gue udah capek diajak untuk terus bersimpati pada karakter stupid bin corny di layar bioskop. Thanks untuk kerja tim penulis skenarionya: Titien Wattimena, Djamil Aurora dan Agnes Davonar, karena telah membuat film berdurasi 99 menit ini tidak penting untuk disimak.
Hal diatas makin diperburuk oleh jajaran pemeran pembantu di film ini. Selain Fendy Chow dan Kiki Azhari dengan akting nggak banget a la sinetron di RCTI, swear KK Dheeraj gue timpuk sama pispot, Rafi Cinoun adalah kesalahan terbesar Ayah, Mengapa Aku Berbeda? Hell, bagian casting tolong bersihin mata pake insto dong. Masa iya lo milih artis kek gini. Minimal yang rada beneran dikit deh. Ditinjau dari segi mana sih coba kalo muka Rafi tuh enak dipandang? *pengen muntah sambil kayang*
Selain cerita dan akting yang failed, kegagalan demi kegagalan terus berlanjut hingga membuat film arahan Findo Purwono ini makin tidak jelas. Seperti gambaran kedokteran yang ngasal, bloopers dimana-mana dan subtitle adegan gagu yang muncul disaat-saat nggak worth it. Bikin gue berkali-kali mengerutkan jidat saking gagal pahamnya.
And yes, cukup seperti itulah siksaan yang disodorkan oleh produksi terbaru Rapi Film di tahun 2011 ini. Nggak horror, nggak drama, film-film produksinya emang bikin gue ngoceh ngalor ngidul sambil ngupil. Percayalah, bagian terbaik film ini terletak ketika secara tiba-tiba terdengar suara Agnes Monica dengan hitz-nya berjudul Rapuh. At least, bukan film yang buruk. Tapi terkadang kita harus tahu dimana batas antara cerita dalam novel yang perlu divisualisasikan agar tidak tampak berlebihan dan menyedihkan. Lalu apakah jawaban dari pertanyaan “Ayah, mengapa aku berbeda?”, tanyain aja sama rumput yang bergoyang.
By the way sebelum gue tutup reviewnya, masih perlu nggak gue kasih detail sinopsis ceritanya?
memang g da niat seh nontn ni film.. tp apa iya ni film buruk bangat, nglah2in horor seks???????? tp ada surya syahputra si aktor handal tu
BalasHapus@arif, dari trailernya aja udah langsung keliatan ini tipe film melodrama corny klise penuh air mata yang cuma menjual kesedihan yang di hiperbola-kan.
BalasHapusGua setuju kalo jangan menilai film dari trailernya aja; tapi toh udah terkonfirmasi di atas... ^_^
gw aja ga suka. pasti ceritanya ga beda-beda jauh ama skut. skut aja ga gitu bagus.
BalasHapusbener bangetlah filmnya lebay -,- apa baget
BalasHapustapi saya suka gan sama peran utamanya sampaikan salam saya untuk dia !
BalasHapusbukan masalah lebay dan terlalu hiperbola,. saya adalah orang yang memiliki kesamaan dg kisah yg di atas, saya pun disekolahkan ditempat anak2 normal karena aku termasuk pintar walaupun cacat bicara, ya begitulah rasany,. kadang knp orang yg terlahir normal itu mudah mengejek pd yg tidak beruntung,
BalasHapussaya suka ceritanya "itu menurut saya blm seutuhnya" jk sja seutuhnya memang lebih hiperbola menurut pandangan orang tpi tdk untuk yg di deritanya krn aku mengalaminya. saya dg kisah film itu hnya berbeda endingnya. Ayah saya mengantarkan saya tamat SMA sama kasusnya serangan jantung. Tapi saya diberi keajaiban bisa berbicara walaupun belajar A-Z saja butuh bertahun-tahun.walaupun saya tidak bisa bicara tapi saya bisa membaca al-qur'an itu sangat aneh. Dan di Usiaku 18 tahun aku bisa bicara dg spontan,. tanpa aku sadar dan mengejutkan sahabat2ku. Allah adalah segalanya,. dan saya yakin Al-qur'an dpt mnjadi obat krn keanehan dlm hidupku itu nyata. "Ya Kawan dimata Tuhan manusia sama"
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussubhanallah...walhamdulillah.... allahu akbar... keajaiban akan senantiasa ditampakkan sbagai bukti dari sang Khaliq..
BalasHapus...........apakah kamu tidak memikirkannya ? Inilah ayat-ayat yang tersurat di dlam Al Quran.
Ya jangan mengatai mentah2 film itu juga. Filmnya bagus kok, saya mengerti pendapat orang beda beda. Tapi menurut saya sah sah saja kalau seperti itu. Mungkin anda tidak menyimak film dengan jelas. Atau anda hanya orang yang gak bisa apa2 yang bisanya ngritik orang doang? Film bagus dibilang jelek. Amanatnya sangat menyentuh!
BalasHapusFilmnya bagus kok! Anda aja yang berpikiran negatif. Cukup menyesal mengunjungi blog anda dengan bahasa yang seperti orang tidak berpendidikan! Sebenernya justru saya yang mengupil, melongo sambil banyak komentar setelah membaca blog tidak jelas ini.
BalasHapusfilmnya bagus kok, yg bilang jelek ajja yg mungkin gx peka gmna rasany dibeda2in..
BalasHapusgood
bagus kok, yg bilang jelek anggap lebay mgkin gx punya nurani, gx ngrasain sakitny dibeda2kan itu gmna appa lgi scra fisik
BalasHapus