10 Februari 2012

6 Malaikat Tanpa Sayap [2012]


"Namun tak kau lihat lihat terkadang malaikat, tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan..."

Ada sesuatu tentang permainan takdir . Semenjak bisnis sang Ayah (Surya Saputra) bangkrut, Vino (Adipati Dolken) diharuskan keluar dari kotak rasa nyaman. Hidup pun serba tak mudah sejak saat itu. Mulai ancaman dikeluarkan dari sekolah, keegoisan sang Ibu (Kinaryosih) yang tak mau terus-terusan hidup miskin sampai masa depan Wina (Geccha Qheagaveta), adiknya, yang jika tak segera ditolong, akan memiliki satu kaki seumur hidup.

Ditengah kegalauan itu dan sosok Ayah yang tak bisa diandalkan, seorang Calo organ tubuh (Agus Kuncoro) menawarkan pilihan pada Vino. Pilihan yang dianggapnya mudah jika saja kemudian dia tak bertemu dengan Mura (Maudy Ayunda). Pertemuan yang membuat Vino gamang pada tekad awal. Sayangnya, kemudian Vino sadar tak ada pilihan untuk lari. Atau untuk sekadar bernapas sejenak.

Firstly, gue sempat antipati sama karya terbaru Rako Prijanto kali ini. Setelah menghadirkan komedi-komedi sampah yang plotnya hasil mix and match film asing. Hampir tak ada harapan bagi gue untuk percaya atau memilih menghamburkan uang demi tontonan tidak bermutu. Sayangnya kali ini gue salah. Karena Malaikat Tanpa Sayap hadir dengan begitu elegan ditengah ritme seragam yang terus menerus meneror bioskop tanpa pencapaian berarti.

Dibalik ranah klise tentang drama kematian, Malaikat Tanpa Sayap mencuat sebagai film yang terbilang memenuhi elemen-elemen drama secara utuh; kedalaman cerita, karakterisasi yang jelas, akting rupawan dari ensemble cast-nya, sajian gambar menarik dan tentu saja unsur mellow yang disajikan apa adanya. Jauh dari kesan lebay, tangisan tidak pada tempatnya dan segala sesuatu yang memaksa kita untuk terenyuh. Karena unsur tersebut disajikan secara natural, tidak mendayu-dayu dan memaksa penonton.

Well, inilah Rako Prijanto yang dulu gue kenal lewat Ada Apa Dengan Cinta? sebagai penata skrip. Yang kemudian berani debut sutradara lewat Ungu Violet dengan hasil lumayan meski plotnya menyedihkan. Dan berani menyajikan kisah cinta unik lewat Merah Itu Cinta. Nggak salah kalo dia bilang “Malaikat Tanpa Sayap film yang gue banget” karena film ini memang sangat Rako. Rako yang dulu. Rako yang selalu menyelipkan quote di film-filmnya. Ditangan Rako film ini memiliki nyawa dan berbeda. Terutama dengan pemilihan pemain yang benar-benar tepat.

Unfortunately, masih ada beberapa hal yang cukup mengganggu. Seperti sempalan twist yang terlihat tak alami dan maksa. Juga kesalahan fatal yang membuat elemen surprise hilang bahkan sejak pertama kali durasi di buka. Oh please…

Sayangnya gue harus maklum. Rako berusaha serius saja sudah lebih dari cukup. Soundtrack ciptaan Dewi Lestari pas banget sama film ini. Dan Maudy Ayunda juga cantik. “Embun gak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta. Sama kayak aku, aku nggak punya alasan buat nggak jatuh cinta sama kamu, Maudy. Dan kalo ngomongin masa depan, kamu harus janji dulu sama aku kalo kamu bakal ngejalaninya sama aku... ”

6 komentar :

  1. syukurlah kalo rako telah tobat. tapi harus kubuktikan sendiri. semoga tersisa masa ...

    BalasHapus
  2. wah ternyata bagus ya?

    minggu depan deh sempetin nonton :)

    BalasHapus
  3. “Embun gak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta. Sama kayak aku, aku nggak punya alasan buat nggak jatuh cinta sama kamu, Maudy." >> eh eh.. kok quote-nya jadi "maudy..". hayooo... ^o^

    dari aku 6/10

    BalasHapus
  4. Filmnya lumayan untuk film Indonesia :)
    Udah nonton "Seandainya" belum? Itu juga bagus kok, menurutku.

    BalasHapus