Tahun ini sajian untuk anak tak lagi kering. Dari empat film yang telah rilis, setidaknya ada beberapa judul yang sudah antri di belakang.
Perkembangan yang cukup baik? Tentu saja. Namun sayang film anak kekinian telah kehilangan jati diri. Alih-alih sajikan tontonan ringan, menghibur dan mendidik, para sineas berlomba untuk mendikte mereka menjadi lebih dewasa dari usianya.
BRANDAL-BRANDAL CILIWUNG adalah salah satu dari judul film yang masuk kategori di atas. Secara packaging film ini memang disediakan untuk anak-anak demi mengisi liburan panjang mereka. Tapi ketika menyorot aspek lain, adaptasi bebas dari novel klasik berjudul sama buah karya Achmad S tersebut tak ada beda dari film dengan bintang dewasa.
Alim Sudio (atau Abbe AC atau Bono Sutisno) selaku penulis naskah hanya merombak setting dan mengerdilkan pola pikir para karakter. Maka naskah film yang seharusnya bisa ceria dan ringan malah dibuat berat sebelah dengan sisipan moral sana-sini dan isu pluralisme.
Tengok saja plot seperti ini: sebuah geng pria pecah karena satu orang wanita. Yang mana perpecahan itu dilandasi oleh cinta segitiga. Klise? Iya. Inti film ini sebenarnya hanya sampai di situ saja. Namun Alim meramunya sedemikian rupa dengan sempalan plot-plot yang gagal dieksekusi dengan baik.
Akibatnya, film menjadi tak fokus. Lima belas menit sejak kredit awal yang cukup menjanjikan banyak hal itu, BRANDAL-BRANDAL CILIWUNG berjalan tak tentu arah. Film kebingungan sendiri dengan apa yang ingin disampaikan.
Hal tersebut didukung oleh akting jajaran pemain muda yang tak natural, dipaksa menjadi dewasa. Melewati intrik-intrik yang sebenarnya tak mereka pahami dengan betul selain harus ikuti rule dalam naskah. Pun dengan pemain lawas yang tak jelas juntrungan kenapa harus hadir di sini.
Beruntung Guntur Soeharjanto mampu mengemas film ini dengan cukup baik, ceria dan penuh warna meski sebenarnya memiliki borok di dalam.
Akhir kata, debut film anak Maxima Pictures yang sebagian besar mengambil lokasi di sungai Ciliwung ini terlalu melelahkan untuk diikuti.
Score: 3/10
sory, numpang tanya gan. kenapa y film2 indonesia itu koq gambarnya koq agak gelap y?? dibandingkan film2 asia yg sering gw tonton sperti dri hongkong, thai, jepang, taiwan, korea dan iran, koq gelapan indonesia y?? meski nonton di bioskop sekalipun koq tetap gelap y?? awalnya gw mikir cuma kasus per film tapi lama2 jd malas buat nontn film indo di bioskop. mulai dari Berbagi Suami, tanah air beta, malaikat tanpa sayap, arisan2, & tanda tanya smuanya gw nontn dibioskop,tp g puas (sory).. gw suka nonton film tpi g ngerti apa2 ttg hal2 teknis ky gini. mohon pencerahannya.. thankZ :)
BalasHapus