31 Agustus 2012

3 Cinta Suci Zahrana [2012]


Nama Habiburrahman El Shirazy seolah menjadi jaminan film bernapaskan islami yang sukses pasca adaptasi AYAT-AYAT CINTA (2008). Usai drama besutan Hanung Bramantyo itu, setidaknya 3 judul film berdasar novel Kang Abik berhasil jaring banyak penonton. Sebut saja dwilogi KETIKA CINTA BERTASBIH (2009) hingga DALAM MIHRAB CINTA (2010).

Pada lebaran kali ini SinemArt merilis another adaptation bertajuk CINTA SUCI ZAHRANA. Dari judulnya saja penonton sudah tahu bahwa Zahrana (Meyda Sefira) adalah karakter sentral dalam film arahan Chaerul Umam tersebut.

Di usianya yang ke-34 tahun, Rana digambarkan sebagai wanita masa kini yang sukses dalam karir dan agama. Sayangnya, kesuksesan itu tak terjadi dalam kisah percintaan.

Sebuah premis yang klise, memang. Jika saja bukan tulisan Kang Abik, dimungkinkan menjadi sajian adaptasi pop urban yang crunchy. Berhubung penulisnya adalah sutradara DALAM MIHRAB CINTA, maka tak heran jika unsur religinya begitu kental di berbagai sisi.

Sebagai film lebaran, CINTA SUCI ZAHRANA memiliki beberapa faktor sempurna untuk rebut perhatian penonton. Source filmnya yang sudah memiliki fanbase tersendiri divisualisasikan dengan begitu jenaka dibalik atribut pesan-pesan khas film bertema serupa. Sayangnya penceritaan Kang Abik terlalu mudah ditebak. Hingga selancar apapun mendiang Misbach Yusa Biran transkripsikan dalam naskah, cacat itu sudah tidak bisa termaafkan.

Cacat tersebut berada pada titik singgung antar karakter untuk memuluskan jalan menuju ending. Bila sudah melihat AYAT-AYAT CINTA dan DALAM MIHRAB CINTA, tentu sudah tertebak bagaimana dangkalnya Kang Abik menentukan takdir mereka. Kenapa harus repetitif seperti ini?

Belum lagi soal keteguhan hati Zahrana. Jika mau dikaji ulang, keputusan Rana seperti mengolok-olok pencitraan baik yang sudah dibangun oleh wanita taat agama dan sukses sepertinya. Film ini gagal menyentuh tanah akibat karakternya disajikan begitu khayal. Harusnya bisa dilakukan sedikit penyesuaian agar tampak sedikit realistis. Bukankah itu gunanya sebuah adaptasi?

Di balik kesalahan minor ala sinetron, CINTA SUCI ZAHRANA bukan sebuah produk gagal bagi pembaca novelnya. Film ini sukses hantarkan adaptasi yang baik bersama pesan yang diemban.

Namun bagi yang sudah hapal strategi Kang Abik, CINTA SUCI ZAHRANA akan menjadi salah satu film bernapaskan Islami yang mudah terlupakan. Apalagi dengan ending tak perlu yang harusnya masuk feature deleted scene dalam DVD-nya nanti.

SCORE: 6/10

3 komentar :