Finally, seri pamungkas dari trilogi Merah Putih ini rilis juga dipasaran pada 9 Juni kemarin dengan judul Hati Merdeka. Tetap disutradarai oleh Yadi Sugandi dan Connor Allyn. Lalu, apakah yang ditawarkan dari naskah olahan duo Connor dan Rob Allyn ini memenuhi ekspetasi sebagai sebuah seri akhir yang memuaskan dahaga dari rangkaian perjalanan Amir dan kawan-kawan melawan para penjajah?
Entah kenapa, gue rasa ekspetasi gue terlalu berlebihan saat menonton film ini. Film ini nggak buruk. Sangat jauh dari kata itu. Tapi bukanlah sebuah akhir dari penutup trilogi yang diharapkan. Hati Merdeka berakhir dengan anti klimaks. Dan sangat hollywood sekali.
Dari segi penceritaan gue gak yakin orang yang belum nonton seri sebelumnya bakalan ngeh meski sudah dimasukan adegan flashback sekilas. Tapi gue, sebagai orang yang sudah menyaksikan sejak awal, tentu sudah sangat mengerti. Jadi nggak perlu berpikir lagi.
Cerita pada babak final ini berjalan sangat biasa saja. Gue akui karakterisasi yang dibuat oleh duo Allyn untuk tokoh-tokoh vital seperti Amir (Lukman Sardi), Senja (Rahayu Saraswati), Tomas (Donny Alamsyah), Marius (Darius Shinathrya) dan Dayan (T. Rifnu Wikana) semakin dewasa dari dua seri sebelumnya. Dan itu wajar. Tapi dari segi spesial efek, aksi baku hantam dan ledak-ledakan, please forget it. Masih oke seri kedua meski itupun banyak kekurangannya. Boleh dikatakan adegan ditengah lautan bisa tampak keren bagi perfilman indonesia. Tapi bagi gue yang sering liat film sejenis milik luar negeri, apa yang ditawarkan Hati Merdeka amatlah melempep.
Bukannya tak mempunyai jiwa nasionalis dengan membanding-bandingkan. Tapi melihat orang-orang dibelakang layar yang menggarap, dengan nama yang sudah mempunyai kualifikasi tersendiri, apa yang mereka sajikan nggak lebih dari sebuah aksi murahan. Rugi sama nama besar kalo hal kayak gitu bisa dibikin sama anak negeri sendiri. Bahkan di beberapa part gue tau betapa mentahnya efek yang terlihat. Satu contoh perhatikan adegan penembakan Budi yang sangat terlihat kasar. Perhatikan baju Budi, dimana disitu sempat diulang dua kali dan terlihat jelas ada ‘sesuatu’ dibajunya. Gue nggak tau apa namanya tapi kelihatan banget. Haha... sebenarnya hal kecil sih. Tapi gue adalah orang yang suka kurang kerjaan melihat detail film. Jadi hal itu bagi gue sangat mengganggu secara personal.
Beruntungnya para pemeran utama berhasil memerankan karakternya dengan baik. Dan gue kagum sama tokoh Senja. Pemanis film yang memang benar-benar manis dengan raut muka eksotik khas indonesia. Serta dua tokoh baru yang diperankan oleh Nugie dan Ranggani Puspandya. Akting mereka bagus sebagai sebuah debut. Tapi nggak penting. Bahkan dihilangkan dari filmpun nggak berpengaruh banyak.
Salut untuk tata sinematografi yang keren pleh Padri Nadeak serta scoring dari Thoersi Argeswara yang sumpah mampus, bikin gue merinding. Terutama pas adegan berdoa. Juga ketika Senja nyanyi salah satu judul lagu diatas kapal. Bikin gue bangga setidaknya hanya beberapa menit menjadi warga indonesia haha...
Dengan tujuan mulia, Trilogi Merah Putih berhasil membawa semangat nasionalisme bagi para remaja is like me. Tapi dari segi cerita, terutama seri final ini... ya gitu deh. Sangat jauh dari harapan. Berharap nanti bakal ada film sejenis yang lebih oke. Kangen banget liat film perjuangan pahlawan-pahlawan indonesia. Entah itu fiktif atau kisah nyata...
Baca Juga Review: Merah Putih dan Darah Garuda
rating 5/10
hmm,,,,,,,,,,tp ane te2p pnasaran pengen ntn
BalasHapusmenurut ane,garapan film ini kurang serius, kurang biaya dan kreatifitas.padahal dari segi lokasi,indo menyediakan banyak lokasi yang menarik dan bagus.ane juga kurang menyukai karakternya amir,ngak dapet,masih datar nga da ciri khas dari sosok amir ntu.
BalasHapussmoga untuk kedepannya industri film indo makin maju dan bagus
sekian aja dari ane
Obiwan mengatakan....
BalasHapustetep salut ma film ini coz masih ada yang mo buat pilm nasionalisme daripada pilm hantu-hantu norak jual aurat yang gak da juntrungannya..
klo menurut gue, dari segi cerita ... cerita yang ketiga ini sudah ckup kreatif dan memuaskan... dimana di klimaks, sutradara mencoba menipu penonton... tipuan pertama : s pembelot yang memberikan informasi ttg lokasi... namun ternyata itu hanyalah strategi pejuang indo
BalasHapustipuan k2, ternyata belanda lebih pinter lagi, menggunakan jebakan orang2an d truk...
n klo g boleh perpendapat... menurut g untuk ukuran indonesia.. ini ide yang kreatif...
adegan perang2an nya jg OK... ledak2an d pure.. darius yang kena bom... hm... OK lah..
perasaan ga ada nilai 9-10 yah..
BalasHapus